Minggu, 20 November 2011

Ingatlah! Jagalah Allah, Maka Allah Akan Menjagamu


Jagalah Allah, Maka Allah Akan menjagamu...
Jagalah perintah-perintah-Nya dan kerjakanlah, serta hindarilah larangan-larangan-Nya, maka Dia akan menjagamu dalam berbagai keadaanmu, di dunia dan akhiratmu.
Jagalah hak- hak Allah dalam sendiri dan hiruk pikuk kehidupanmu, dalam diam bahkan panikmu, dalam sadar bahkan tidurmu, dalam setiap tarikan nafasmu. Maka Allah, akan memberkahi kehidupanmu dengan limpahan kasih dan rahmatnya untukmu.

Ketika kau juga memastikan bahwa tiada aturan Allah yang serta merta kau langgar, bahkan saat tiada satupun manusia menyaksikan dirimu, maka disaat itulah terikat hubungan manis antara dirimu dengan Allah. Karena kejujuranmu itu melegakan. Karena sikap apa adanya dirimu itu mendamaikan, dan berarti pula kau telah jujur kepada dirimu serta kepadaNya.
Dan ketika didalam hati kau nyimpan rapat- rapat ketaatan mu kepada Allah serta keindahan imanmu yang hanya kau persembahkan kepadanya, maka segenap ragapun akan mengikuti dan tunduk patuh pada daulat hati, sang raja mereka.

Dan jika hati sudah kau putuskan untuk kau kendalikan atas nama sang maha hidup, maka tiada lain hanya kebaikan yang akan kau lakukan dan kedamaian yang akan kau sebarkan kepada seluruh makhluk yang berada di sekelilingmu.
Namun sebaliknya, saat seribu satu kata kau ucapkan guna menutupi satu dosa yang telah kau lakukan, maka lihatlah kelanjutan hasil dari perilaku sembronomu. Tabungan dosa yang kau ciptakan semakin hari semakin menumpuk, dan ternyata satu kebohongan itu tak lagi simple untukmu. Dari sanalah tumpukan dosa itu berasal, dan bermuara pada musibah yang tinggal menunggu waktu untuk datang membunuhmu. Dan belum lagi lihatlah, masihkah sanggup kau mengangkat wajahmu dihadapan Allah?
Maka akhirnya, dunia serasa sempit bagimu dan memusuhimu, karena pasti tiada tempat yang cukup luas didunia ini untuk diri seorang pembohong.

Saat kau menjaga hak- hak Allah, maka lambat laun, dirimu akan merasa selalu melihat dan dilihat oleh Allah. Setelah itu tiada lain, bahwa tujuan, perhatian serta ketetapan hatimu hanya tertuju kepadanya. Bahkan seorang manusia saja akan sangat senang saat dia hidupnya berlimpah perhatian dan selalu dikenang atas atapun keadaannya.

Dan Dia adalah Allah Subhanahu wata`ala, Tuhan semesta alam yang Maha santun dan Maha menghargai setiap apa yang dilakukan oleh hambanya, sebagai upaya untuk mendekat kepadaNya. Dialah yang Maha mampu untuk memuliakan dan menghargaimu, serta memberi sebaik- baik balasan bagimu, dalam kehidupan dunia atau akheratmu kelak.
Dan pandangan Allah itu pula yang akan membaikkan hidupmu karena penuhnya rasa malu dalam hati saat akan melangkah menuju maksiat.

Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu...
Jika kau memelihara hak- hak Allah maka Allahpun akan lebih memelihara kebahagiaan untuk selalu terkirim atas hidupmu. Akan DijagaNya kau saat kau sendiri, ataupun merasa sendiri, dan dimanapun kau berada. Allah akan menolongmu, mengawalmu, serta memperkuatkan hati, dan menunjukimu jalan yang lurus. Bukankah hal itu yang sangat kau butuhkan saat ini?. Dan setelah itu, rasakanlah betapa ketenangan yang akan memenuhi hatimu. Seperti Allah dulu telah menguatkan semangat Nabi Musa dan Harun saat mereka merasa takut berhadapan dengan Firaun.


(Syahidah/ Voa-Islam.com)

Subhanallah, Sungguh Indah Suaramu, Wahai Wanita



Wanita... makhluk yang sangat indah, yang tercipta dari sebuah kuasa yang Maha indah.
Wanita... sesuai dengan kodratnya yang selalu lekat dengan sejuta pesona yang dapat membawa siapapun masuk dalam kefanaan yang terindah.
 Wanita... puing kesejatian kemegahan surga yang akan membahagiakan, mendamaikan bahkan melenakan siapapun yang melihat dan kemudian mengenalnya.
Maha suci Allah, sang maha pencipta hambanya yang bernama Wanita. 
Keindahan wanita itu salah satunya terpancar dari suaranya. Dan Lekatnya sebuah keindahan suara dalam diri wanita, menjadikan dia lebih dari makhluk yang diberi nama laki- laki.
Canda tawanya yang begitu renyah dan menggemaskan akan menimbulkan rindu bagi hati yang tergoda. Kelembutannya seperti menyihir siapapun yang ikut mendengar. Nada kemaanjaannya, menambah gairah laki- laki untuk semakin melindunginya. Lekuk suaranya, bahkan sampai terbawa dalam hati dan perasaan.  Dan Bagai buluh perindu, suara halus mengalun manja menimbulkan ketertarikan bagi siapapun yang telinga mereka menyaksikannya.

Wahai wanita....
Seandainya saja saja kau sadar dengan semua keindahan suaramu dan apapun yang melekat pada dirimu itu. Dan kau tak akan membiarkan kesemuanya terserak dan dinikmati orang yang tidak berhak bagimu dan kemudian seakan terlihat murahan. Lihatlah, betapa sebuah mutiara pasti tak akan terbuang dijalan. Begitu rapi tersimpan dan terbalut dengan iman.

Wahai wanita...
Begitu besar pesona yang terkaruniakan untuk dirimu, sekalipun kau tak menilainya indah. Namun sadarilah, bahwa keindahan itu memanglah ada. Dan keberadaannya bukan hanya sekedar menjadi hadiah untukmu, tetapi pada sisi yang lain, juga menjadi cobaan bagimu. Bahkan Allah subhanahu wata`ala memberi peringatan kepada kaummu, untuk berhati- hati dengan satu sisi kelebihanmu itu, kelembutan suaramu, dengarlah....
`Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma`ruf.` (Al Ahzab: 32)

Wahai wanita...
Takutlah engkau kepada Allah, dan berhati- hatilah. Bahwa dalam suaramu adalah memang tersimpan sebuah keindahan. Dan keindahan itu akan bermuara dimana, pada kebaikan ataukah maksiat, dirimu sendiri yang menentukan. Jika kau bertanya mengapa harus menghiraukan hal sepele dan remeh yang bernama menjaga suaramu?. Masyaallah, bahkan berapa banyak laki- laki di dunia ini yang sudah terlalu banyak kehilangan akal sehatnya karena godaan wanita?

Kemudian janganlah hanya kita menyalahkan kekurangan mereka, namun ada baiknya jika kita lebih menjaga untuk tidak memancing kekurangan mereka menjadi lebih kurang. Dan saat kau menjaga, semua yang kau miliki akan menjadi semakin dan semakin indah. Dan sebaliknya, betapapun indahnya dirimu saat ini, namun jika hanya murah saja kau tampilkan dirimu diluaran sana, atau kau jadikan dirimu umpan bagi setiap laki- laki yang hanya akan gratis melihatmu terpampang begitu saja, maka nilai keindahan itu akan benar- benar hilang, dan hanya akan sekedar selesai dalam nilai lumrah.
Kau adalah mahal, dan termahalkan, jika kau menjadikan dirimu terhormat dan terlalu mahal untuk hanya sekedar terendahkan.
Maka hargailah dirimu dengan segenap keindahan yang memang bukan milikmu. Ya, saat ini jika kau mengira semua itu mungkin milikmu, tapi bukan. Sekali lagi bukan, pemilik yang sebenarnya akan setiap saat meminta kembali kepadamu, sesuatu yang telah dititipkannya kepadamu. Dan tentu saja lengkap dengan sepaket pertanggungan jawabmu atas perlakuanmu terhadap sesuatu milikNya tersebut.


(Syahidah/Voa-islam.com)

Karena Mereka Adalah Diriku


Semua makhluk Allah di bumi, membutuhkan sebuah ketenangan dan kedamaian untuk meneruskan hidup. Bayangkan ketika kita berada pada kondisi yang segalanya serba tersedia dan mewah, namun pikiran kita kacau dan hati begitu kering. Maka semua nikmat tersebut hanya akan terasa seperti sekedar lewat dan pergi begitu saja tiada terkesan. Hiduppun terasa akan sangat kacau balau walau orang lain melihat kita dalam kesempurnaan. Maka tidak disangkal lagi, bahwa kedamaian dan ketenangan batin, sebenarnya adalah hal primer yang menjadi kebutuhan manusia.

Tapi...
Dari manakah kita bisa mendapat kedamaian itu, kedamaian yang akan ada seterusnya menyertai kita, dan bukan hanya sekedar kamuflase sesaat saja?.
Saudaraku, bahkan semua itu adalah sangat mudah untuk ditemukan. Bahagiakan orang lain karena mengharap ridho Allah, maka hidupmu Insyaallah akan terasa bahagia.
Memperlakukan orang lain sebaik kita memperlakukan diri sendiri, adalah seperti membuka lebar- lebar kesempatan untuk kebaikan agar selalu menyertai kita. Dan begitu kebaikan selalunya ada bersama kita, maka insyallah kedamaian akan dengan mudahnya datang kepada kita.
...Memperlakukan orang lain, sebaik kita memperlakukan diri sendiri, adalah seperti membuka lebar- lebar kesempatan bagi banyak kebaikan agar selalu menyertai kita...
Saudaraku, masih ingatkah kita tentang sabda Rasulullah berikut ini, “Berilah makan budakmu dengan makanan yang biasa kamu makan dan berilah mereka pakaian dengan pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah kamu menyiksa makhluk Allah“. (HR. Bukhari).
tanpa melihat kedudukan dan apapun dari orang tersebut, beliau mengajarkan kita untuk tetap berlaku baik dan santun bahkan kepada para budak sekalipun.
Ingatlah pula tentang bagaimana beliau memperlakukan pembantu dan pekerjanya. Ketika pembantu kecil Nabi Muhamamd saw. sedang sakit, beliau membesuk dan duduk di dekat kepalanya, seraya mengajaknya untuk masuk Islam. Pembantu kecil itu masuk Islam, maka Nabi Muhammad gembira seraya berkata, “Segala puji bagi Allah swt yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka.”
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam juga senantiasa menjaga kehormatan seseorang, memulyakan seseorang, melaksanakan hak-hak seseorang. Beliau tidak pernah mengumpat, menjelekkan, melaknat, menyakiti, dan tidak merendahkan seseorang. Dan, ketika hendak menasehati seseorang, beliau berkata, “Kenapa suatu kaum melaksanakan ini dan itu? Artinya, beliau tidak langsung menyalah orang tersebut. Bahkan Beliau juga bersabda, ”Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Siapa yang mengenyahkan kesusahan dari berbagai macam kesusahan di dunia dari orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari berbagai macam kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan hisabnya" (HR. Muslim)
Subhanallah, betapa mulianya akhlak beliau. Betapa mulianya ajaran yang diwariskan untuk kita. Dan memanglah benar bahwa dengan membahagiakan dan memuliakan orang lain, bukan justru akan merugikan dan merendahkan kita, namun sebaliknya, akan menjadikan kita pribadi yang mulia dihadapan manusia dan InsyaAllah mulia dihadapan Allah.
Lalu, Mengapa masih ada dari kita yang harus selalu menuntut orang lain untuk menjadi sumber kebahagiaan bagi diri kita, bukankah akan lebih elegan jika hebatkan diri kita dengan menjadi pemasok kedamaian bagi batin orang lain dengan memperlakukan mereka secara baik, bahkan lebih baik?.
Mungkin banyak dari kita yang mengeluhkan bahkan saat kita telah mencoba sebaik- baiknya untuk berbuat baik kepada orang lain, namun mereka tetap saja berbuat jahat kepada kita. Namun yakinlah saudaraku, bahwa kebaikan yang kita lakukan tidak akan pernah sia- sia. Dan kebaikan itu juga seperti sebuah bumerang yang efeknya akan kembali kepada diri kita kembali. Sabar itu tidak memiliki batas seperti halnya surga yang  begitu luas yang insyaallah akan menjadi hak milik bagi setiap kita yang memilih untuk tetap menjadi pribadi baik dan membaiki orang lain. Dan Hal ini hanya akan berlaku untuk para hambanya yang yakin. Yakin pada kebesaran dan keadilan Allah, yang maha atas segala- galanya.
... Hanyalah manusia mulia yang dapat memperlakukan sesamanya dengan mulia...
Mari kita belajar tentang keindahan kasih sayang Allah atas kita. Di dunia ini benar- benar tiada hal yang lebih indah melainkan Allah, tiada yang lebih mendamaikan melainkan Allah. Kasih sayang Allah adalah yang maha mempesona. Darinya kita banyak belajar tentang banyak keindahan yang tidak akan dapat dihitung dengan pikiran manusia. Allah tetap mencintai kita dan memperlakukan diri kita secara sangat baik, betapapun kita selalu mengkhianati Allah sepanjang waktu. Marilah pula kita belajar tentang kemuliaan akhlak Baginda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang selalu santun dan baik dalam kesehariannya . Dari beliau kita belajar bahwa, hanyalah manusia mulia yang dapat memperlakukan sesamanya dengan mulia.

Sungguh, tidak ada yang lebih menyejukkan selain sebuah akhlak yang baik, yang tercermin dari ketulusan kita untuk memberikan yang terbaik yang kita bisa untuk orang lain. Perlakukan orang lain dengan baik, sebaik kita ingin diperlakukan baik oleh mereka, hanya karena Allah saja. Bukan karena niat ingin dipuji apalagi dicintai secara lebih oleh manusia. Memang akan susah untuk dilakukan, namun ingatlah saudaraku, bahwa kebanyakan manusia lazim melakukan yang dilakukan manusia kebanyakan. Maka istimewakan dirimu dengan hal yang akan sulit rasanya di awal tapi insyaallah akan berakhir pada kemuliaan atas dirimu. Dan sebuah kemuliaan seorang manusia, tentu saja akan tetap akan ada, bahkan saat manusia tersebut sudah tiada. Insyaalllah...


(Syahidah/Voa-Islam.com)

Selasa, 23 Agustus 2011

Mengapa Hatimu Begitu Keras Dan Hidupmu Terasa Kacau?


Dunia, lagi- lagi dunia, mengeraskan hati bagi jiwa- jiwa yang lalai. Menundukkan ketegaran bagi pemegang iman yang lemah dan mengacaukan pikir manusia berhati gersang.

Episede selanjutnya, adalah kesempitan dada, hidup penuh dengan goncangan, dan tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Betapa kasihannya manusia seperti ini. Ibarat tenggelam dalam lautan tanpa batas, dia sama sekali tidak memiliki pegangan apapun, sampai akhirnya dia tenggelam dan... mati.

Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan neraka adalah diciptakan untuk melunakkan hati yang keras.

Tengoklah betapa hati yang keras begitu sangat kering dan merongrong hidup manusia tersebut terus-menerus, sedang kegundahannya muncul terhadap segala sesuatu. Jiwanya pun terasa kosong, sehingga bagian tubuhnya yang lain ikut bercermin kepadanya.

Dengarkan lisannya. Dia bergerak tanpa berpikir. Bagai menyebar bulu keluar dijalan, sehingga dalam beberapa detik bulu- bulu itu hilang entah kemana. Ketika manusia tersebut berniat kembali untuk menemukan dan membersihkannya, hal itupun menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan. Maka banyak tersakitilah hati- hati saudaranya karena ketajaman kata dari lidah yang tiada berdzikir.
Lisan adalah anak kandung hati. Lisan mengikuti hati. Hati yang keras adalah hati yang kosong dari berbagai nasehat yang baik, dan akan menjadi buta karenanya. Dan bila seseorang telah buta hatinya maka ia akan semakin jauh dari cahaya Illahi.
Begitulah gambaran jelas ketika kekerasan hati sudah terlanjur menancap dan akhirnya si manusia hanya menjadi budak dan bulan- bulanan nafsu, sedang setan sebagai pengemudianya. Naudzubillah...

Maka tidak adalah keraguan atas firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman Dalam Az Zumar 22 : "Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata."

Sungguh betapa betapa kasihan manusia- manusia itu...
...Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan neraka adalah diciptakan untuk melunakkan hati yang keras...
Saudaraku...

Dalam sendiri, jujurlah pada diri, apakah kau merasa jauh dari Allah? Jika ya, mungkin saja keadaan hatimu sudah sedemikian mengeras. Dan pantaslah jika kau bersedih, sebab hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang paling keras, dan jika hati sudah mengeras maka indrawi pun terasa gersang. Hatimu yang keras bisa saja ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan.

Maka Berhentilah!...

Sudahilah derita penyiksaan atas dirimu sendiri itu!Sudahilah semua kekacauan hidupmu yang diakibatkan kekerasan hatimu ini! Tidakkah kau kasihan melihat sampai seperti itu kau mendholimi dirimu sendiri?

Menyerahlah!...

Karena hanya Allah  yang akan mengeyangkan batinmu dengan kebahagiaan.Bukankah itu yang selama ini kau cari?. Menyerahlah kepada sang Maha Rahman, sumber kebahagiaan sejatimu.

Kembalilah!...

Kembalilah untuk berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak di pelupuk matamu, dan kau pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika hatimu senantiasa disuapi dzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, maka kau pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.

Bukankah selama ini kaupun tumbuh dalam kasih sayang dan kelembutan Allah sang maha rahman, lalu mengapa kau tetap harus berkeras hati menyebarkan kekerasan dan kekasaran hati dan lesanmu kepada sesamamu? Tidakkah dapat kau rasakan kasih dari Tuhanmu?

Bukankah Allah juga mengkaruniakan akal kepada kita untuk menjadi manusia berhati lembut dan penuh kasih sayang. Lalu mengapa kau masih berkasar hati? ataukah sudah karena saking terlalu banyaknya dosa yang menutup sehingga cahaya hati terlalu susah untuk menyinari lagi?

Saudaraku...

Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan hidup dalam kebaikan. Kecuali jika mereka menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya. Adapun mereka yang membunuh hatinya dengan menghidupkan hawa nafsunya, maka tak akan muncul hikmah dari lisannya.

Dan siapapun  yang ingin mensucikan hatinya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.

Kerapuhan hati kita adalah karena lalai dan merasa aman, sedang tenangnya batin adalah karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dzikir. Maka tengoklah dan belajarlah dari sebuah hati yang merasa zuhud dari hidangan-hidangan kenikmatan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat. Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat.

Siapapun, siapapun yang menempatkan hatinya disisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan hatinya di antara manusia, ia akan semakin kacau dan gersang hatinya.

Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah tidaklah akan masuk ke dalam hati yang teramat mencintai dunia kecuali seperti masuknya gajah ke lubang jarum.
...Kecintaan terhadap Allah tidaklah akan masuk ke dalam hati yang teramat mencintai dunia kecuali seperti masuknya gajah ke lubang jarum...

Hati kitapun bisa sakit seperti halnya badan yang bisa terluka. Dan obat dari semua itu adalah dengan bertaubat. Hati pun bisa tumpul dan berkarat, seperti benda yang di umbar begitu saja tanpa ada perhatian untuk mengurusnya. Dan cemerlangnya semua itu adalah dengan berdzikir. Hati bisa pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah taqwa. Hati pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa taala, cinta, tawakkal, bertaubat dan tunduk patuh hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Saudaraku...

Betapapun kerasnya hidupmu sekarang, namun jagalah hatimu agar senantiasa lembut, mendamaikan dan menyejukkkan, paling tidak untuk dirimu sendiri dahulu. Ketahuilah, bahwa hanya orang yang baik yang akan selalu dekat dengan kebaikan, dan kebaikan akan selalu mendekatkan kepada rahmat dan keberuntungan.

Jika Allah Subhanahu wa Wa'ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah. Hatinya senantiasa dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.

Wahai jiwa.. tunduklah, kepada sang penguasa langit dan bumi, sang pemegang nyawa dan ubun- ubun manusia,sang penggerak dan pencipta jagad raya. Tunduklah dalam keikhlasan dan kepasrahan kepadaNya.

wahai jiwa.. damailah! Damailah dalam kelembutan dan kebaikan sebagai cerminan rahmat dari sang maha Penyayang kepada hamba- hambanya yang senantiasa memenuhi celah kosong mereka dengan keagungan dan keperkasaanNya yang Abadi


(Syahidah/Voa-islam.com)

Rabu, 10 Agustus 2011

Membersihkan sampah dalam pikiran


Saudaraku, ada kisah menarik dari Anas bin Malik. Suatu ketika ia berjalan dengan Rasulullah SAW. Ketika itu, datanglah seorang Arab badui dari arah belakang. Dengan serta-merta ia menarik jubah najraani yang dikenakan Rasulullah SAW.

Anas berkata, ”Aku memandang leher Rasulullah dan melihat bahwa jubah itu telah meninggalkan bekas merah di sana karena kerasnya tarikan. Orang badui itu kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, beri aku sebagian dari kekayaan Allah yang ada di tanganmu’. Rasul kemudian menoleh kepadanya, dan tersenyum, lalu memerintahkan agar orang itu diberi uang.”

Kisah ini menggambarkan betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah membalas keburukan orang dengan keburukan lagi. Saat dihina, beliau tidak marah atau sakit hati. Beliau justru mendoakan kebaikan. Mengapa Rasulullah SAW mampu tenang dan bijak menghadapi gangguan orang lain? Jawabnya, Rasulullah SAW memiliki kelapangan dada dan kejernihan pikiran.

Ternyata, yang membuat hidup kita tidak bahagia adalah diri kita. Penyikapan yang buruk terhadap suatu kejadian adalah sumber penderitaan. Mirip orang yang sariawan makan keripik pedas. Ia menangis, marah, dan uring-uringan. Yang membuat ia menderita bukan keripiknya, melainkan lidahnya yang berpenyakit. Bagi orang yang tidak sariawan, keripik tersebut nikmat dan renyah.

Saudaraku, ada banyak hal yang membuat hidup kita tidak nyaman. Salah satunya adalah kegemaran menyimpan ”memori-memori” buruk. Otak bisa diibaratkan wadah penyimpanan yang akan kotor ketika kita mengisinya dengan sampah.

Pengalaman-pengalaman buruk, seperti penghinaan, perlakukan buruk, cemoohan, ketersinggungan, kegagalan, dan lainnya; adalah ”sampah” yang berpotensi mengotori pikiran. Semakin sering kita menyimpan memori buruk di otak, semakin negatif sikap dan perilaku kita.

Karena itu, satu syarat agar hidup kita bahagia adalah membersihkan kepala dari ”sampah-sampah” busuk. Bagaimana caranya? Pertama, selalu berusaha mengingat kebaikan orang dan melupakan keburukannya. Saat orang lain menyakiti kita, carilah seribu satu alasan agar kita tidak benci. Ingatlah selalu kebaikannya. Jangan sampai kita mengabaikan seribu kebaikan orang, hanya karena satu keburukan yang boleh jadi tidak sengaja ia lakukan.

Kedua, segera lupakan semua perlakuan buruk orang lain. Ibaratnya, kalau tinta mengotori muka, maka tindakan yang bijak adalah segera membersihkannya, bukan membiarkannya, atau menunjukkannya pada yang lain. Demikian pula saat orang berlaku buruk pada kita, menghina misalnya, alangkah bijak bila kita segera menghapusnya, bukan memendamnya, membesar-besarkannya, atau menunjukkannya pada banyak orang.

Ketiga, mohonlah kepada Allah SWT agar diberi hati yang lapang dan pikiran yang jernih. Ada doa dalam Alquran yang bisa kita panjatkan, ”Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku; dan mudahkanlah urusanku; dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku; agar mereka mengerti perkataanku.” (QS Thaahaa [20]: 25-28).


Wallahu a’lam bish-shawab.


(KH Abdullah Gymnastiar )

Untuk Para Saudaraku yang Tersakiti

Menyakiti dan disakiti adalah bagai dua sisi mata uang. Namun bagi sebagian orang, dunia ini adalah hanya tentang ego mereka. Mereka bisa sekehendak mereka berbuat jahat dan mainkan semau nafsu kapanpun dan dimanapun. Sampai- sampai mereka lupa bahwa ada sang Maha dari semua itu, yang dapat bertindak bahkan melampaui nalar normal manusia, untuk menuntun mereka memanen semua tindakan jahat mereka.

Bagi pihak yang tersakiti, kesedihan terasa begitu dalam dan membekas. Tidak ada satu resep dokterpun yang ampuh untuk menyembuhkan dendam. Ya, dendam yang akhirnya menghasut diri agar bertindak bahkan lebih kejam dari yang pernah diterimanya.

Terkadang kita lupa, masih ada kamera 24 jam yang dengan Maha bijaksananya akan bertindak adil kepada kita. Tak perlu kawatir, bahkan tindakan itu dijamin akan lebih canggih dari yang pernah kita duga. Lalu untuk apa harus ada berkarib dengan dendam?

Dendam adalah sangat erat kaitannya dengan sebuah rasa putus asa. Jika anda ingin sembuh dan bahagia seperti sedia kala, jangan menyerah kepada perasaan putus asa itu, yang dengan kata lain mengiklaskan diri anda anda sendiri untuk jatuh lebih dalam pada sebuah penderitaan. Kehidupan adalah bukan hanya tentang orang yang telah menyakiti anda. Jangan memfokuskan fikiran hanya untuk seseorang yang jelas- jelas sudah tidak menghargai keberadaan dan menyakiti anda yang begitu berharga.

Anda begitu berharga, anda begitu istimewa saat diciptakan oleh Allah Subhanahu Wataala sampai- sampai Dia mengajarkan kepada anda sebuah kebaikan lewat jalan yang unik yaitu kesabaran. Karena justru sabar adalah cara instan pemuliaan atas diri anda sendiri. Tidak percaya?.. mari kita refresh kembali ayat ini,

"Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (ujian) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kami. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, diguncang (dengan berbagai cobaan). Sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
(QS. Al-Baqarah: 214)

Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
( QS AL Imran (3) : 139 )

"Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dan sedikit ketakutan, penyakit, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ".
(QS. Al Baqarah : 153 )

Sekali lagi, sabar adalah cara instan pemuliaan atas diri anda sendiri. Jangan terluka jika kalimat dan tindakan sabar anda, belum- belum sudah dicibir sekian banyak orang, namun lihatlah betapa anda menjadi manusia ajaib yang begitu disayang Allah, ditengah- tengah orang yang lengah dalam mendidik dirinya. Andalah pemenang dari kasus kehidupan anda kali ini.Yakinlah, sungguh Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya bersedih berlama-lama. Apa lagi jika kesedihannya adalah hal dan upaya untuk membesarkan dan membahagiakan diri dan sesama yang dicintai, apalagi jika untuk semua itu, anda harus melalui proses yang berjudul tersakiti.

Kesalahan bukan anda yang membuatnya, kesakitan bukan anda yang menginginkannya. Anda hanyalah korban dari sebuah keadaan yang kurang berpihak, namun jelas menjadi penguji kualitas iman untuk menjadi lebih baik. Jangan bersedih sekalipun semua didunia tidak mengharapkan dan menyakiti anda, karena anda ada di dunia adalah karena kehendak dan lahir dari kasih sayang Allah sang maha kuasa.

Hidup adalah tentang belajar, kita akan belajar bersama ketakutan, kesedihan, kehilangan, disakiti, didholimi dan sebagainya. dan walaupun sakit dan perih, namun kita harus berjuang untuk memaknainya.Karena Allah tak akan menguji melebihi kemampuan kita. Allah sayang kepada kita. Jika memang pengertian masih tidak bisa diajak kompromi dengan pedihnya perasaan,ingatlah satu hal.

Keegoisan diri bukan satu hal yang dapat membaikkan sesama, begitu pula untuk diri anda sendiri. Mengalah sedikit untuk meredam amarah justru akan melegakan diri. Selalu ada orang yang mulia dan hina di dunia ini, dan anda telah menjadi mulia dengan memaafkan. Andalah yang perkasa, karena dapat tegak dalam luka dan derita. Dari situ kitapun dapat belajar untuk mengerti dengan menerima hidup ini dengan segala pernak perniknya, karena pengertian adalah ilmu kehidupan.
...Selalu ada orang yang mulia dan hina di dunia ini, dan anda telah menjadi mulia dengan memilih untuk memaafkan...
Bangkitlah, jangan biarkan diri hanya mengurusi perasaan khawatir, sakit dan pedihnya hati yang anda anggap dapat menjadikannya sebagai obat mujarab penyembuh segala derita dan yang akan mendamaikan Anda. Segera berlakulah tegas melakukan yang sudah Anda ketahui untuk harus dilakukan, dan tunjukan bahwa anda adalah istimewa, tunjukkan bahwa anda adalah pribadi yang murah hati dan yang terlalu berharga untuk disakiti. Sehingga perasaan menyesal dan menghukum diri sendiri akan seketika mengakrabi orang yang telah menyakiti anda. Jagalah hati agar tetap damai, karena bentuk hati akan menentukan cerita episode anda selanjutnya.

Cinta itu indah, dan cinta tidak menyakiti. Kebesaran, keanggunan, kesabaran dan kemaafaan yang tetap anda jaga dalam tersayatnya perasaan tersakiti, menjadi bukti ampuh bahwa anda menjadi perwujudan indahnya kasih sayang Allah yang maha mencintai. Dan insyaallah, Allah selalu mencintai orang- orang yang sabar


(Syahidah/Voa-islam.com)

Sebuah Lubang Di Kepala

Seringkali kita bertanya tentang baik atau buruknya keadaan yang sekarang sedang atau telah melingkupi hidup kita. Seribu satu pertanyaan itu terkadang belum terpecahkan dan mungkin sama sekali belum menemukan ujung atau pangkalnya. Namun, pernahkah sejenak kita kaji kembali bahwa keadaan yang ada pada kita sekarang ini, adalah tergantung dari isi kepala dan hati kita, yang telah kita pilih sendiri.

Apa yang mengisi kepala kita itulah yang menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu.Kecintaan kita akan sesuatu bahkan dapat meniadakan syarat termasuk tentang hal itu masuk akal atau tidak.Kecintaan kita terhadap sesuatu yang kemudian menggiring menuju sebuah level dan gambaran tentang siapa diri kita yang sesungguhnya.

Begitulah, ibarat sebuah lubang yang akan terisi, pikiran dalam kepala kita membentuk pilihan fokus yang dapat menjadikan kita pribadi seperti apa dan yang memilih jalan yang mana.

Dan diterima atau disangkal, bahkan kenyataan di dunia ini hanya ada 2 saja, yaitu bersama Allah atau bersama setan. Setiap hari kita berkutat dalam pilihan diantara dua hal tersebut. Jika pilihan pengisian lubang pemikiran dalam kepala kita telah terpenuhi dengan Allah sang maha Rahman, maka yang ada adalah kebaikan senantiasa menyertai kita. Pun begitu sebaliknya, ketika penyerahan diri telah kita serahkan pada nafsu dimana setan sebagai pemimpinnya, tiada lain hanyalah keburukan yang menjadi karib kita. Diterima atau disangkal, kenyataan bukanlah sekedar teori, namun sudah pasti nilai kebenarannya.
ketika seseorang menyatakan bahwa dia dapat mencintai 2 hal dalam satu hati, dan 2 fokus dalam satu pemikiran, maka hal itu tentu mustahil untuk dilakukan. Semua pasti ada yang pertama dan yang terutama, karena hati dan kepala manusia hanya dapat diisi satu atau satu persatu.

Apa yang paling banyak kita ingat, dalam sadar ataupun tidak, itulah yang paling banyak kita cintai. Apa yang gampang menghilang dari fokus kita, dalam sadar ataupun tidak, itulah yang mungkin kita masih setengah hati kepadanya.

Karena itu lihatlah ketika seseorang berbahasa, maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang yang ada dikepala dan hatinya, karena seperti sebuah teko, dia hanya akan mengeluarkan isinya, isi asli dari dalamnya.

Karena itu lihatlah ketika seseorang menyikapi keadaan, maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang yang ada dikepala dan hatinya. Ketika cinta dan kedekatan pada Allah telah memenuhi kepalanya, hal ini pastilah berbeda ketika dia masih setengah hati mencintaiNYa. dan bahkan akan sangat berbeda sekali apabila dia tidak mencintai atau mengenalNya sama sekali.

Karena itu pula lihatlah ketika seseorang menjalani hidupnya. Maka kurang lebih begitulah gambaran yang sama tentang bagaimana dan seperti apa isi dari lubang ada dikepala dan hatinya. Semua akan dengan tergambar, terdengar dan terlihat dengan jelas. Tanpa kamuflase dan rekaan sama sekali.

Namun bagaimana dengan orang yang berpura- pura telah dengan baik berfokus pada kecintaan dan pilihan yang benar dalam mengisi kepalanya?. Orang yang berpura- pura sangat berbeda dengan orang yang masih dalam taraf berusaha. Kesamaan dri keduanya adalah, keduanya akan menemukan batas akhir. Orang yang berpura- pura akan menemukan batas akhir yaitu kebosanan dalam dirinya sehingga mau tidak mau dia akan memunculkan keaslian gambaran jelas tentang pribadinya. Sedangkan orang yang sedang berusaha, juga akan menemukan sebuah batas akhir, yaitu dengan ijin Allah dia akan menemukan sesuatu yang telah susah payah diraihnya. Tentunya sebuah perubahan yang insyaAllah akan membawa kepada kebaikan.

Maka dengan begitu jujur, tanyalah kepada diri kita masing- masing, sudahkah kita mengisi lubang pemikiran kita dengan fokus pada sesuatu yang benar, yang menentramkan dan membaikkan kita atau paling tidak memberikan semangat kita untuk lebih baik dan lebih benar?. Selama nafas masih ada, selama itu pula pilihan atas banyak hal masih berlalu untuk kita. Maka pilihlah dengan baik, dan jangan melupakan satu hal, bahwa semua pilihan itu akan batas akhirnya untuk memilih dan tentu saja lengkap dengan detail konsekuensi pertanggung jawaban atas semuanya.


(Syahidah/Voa-islam.com)

Minggu, 07 Agustus 2011

Wahai jiwa-jiwa yang Ikhlas

Betapa banyak orang yang terpenjara dalam sempitnya sangkar hati yang begitu sangat membelenggunya. Sedangkan kunci untuk memerdekakan hidup dan batinya tersebut hanyalah dengan ikhlas. Namun keadaannya masih juga belum berubah. Semua karena keengganan atau rasa separoh hati yang menuruti perhitungan untung rugi yang dikatakan logikanya. Maka ditangguhkannya kemerdekaan jiwanya tersebut dan dinikmatinya kesakitan yang berkepanjangan. Jika semua sudah sampai pada titik puncak, sayang sekali bahwa dia lalu melanjutkan kemarahan dan penghujatan tiada henti kepada Allah,karena merasa telah didholiminya. Tidak, sama sekali tidak, Allah adalah sang maha penyayang atas hambaNya.

Sejenak lihatlah betapa telah jelas terbukti bahwa alangkah kerugian dan kesempitan yang menyita batin manusia jika dia tidak mau atau tidak mau tahu tentang keberadaan aturan tuhannya. Dan betapa pandai manusia ketika dia dapat menghebatkan batinnya untuk tertuntun dalam keteduhan jalan Allah. salah satu nilai kehebatan itu terkandung dalam Ikhlas. Bukan hanya kesediaannya menyerahkan jiwa kepada tuntunan kehendak Allah, namun ikhlas adalah tentang memohon untuk yang terbaik,berusaha untuk hasil terbaik sampai batas akhir sebuah kekuatan yang kemudian hasilnya kita terima dengan penuh syukur,dan atau kemudian lebih berusaha lagi demi yang lebih baik.
Jiwa yang ikhlas tidak terlalu cerewet bertanya tentang keberlakuan takdir Allah atasnya, melainkan jiwanya berkata bahwa Allah yang paling tahu atas kebutuhan hidupnya. Dibesarkannya pemikiran positif atas sang maha pengatur hidupnya itu, karena kepastian diberikan dan dipenuhinya kepentingan atas hidup dan keberlangsungannya.

Jiwa yang ikhlas akan berhenti hanya bertanya, tanpa bersungguh-sungguh mencoba. Dipertebal rasa malunya untuk memerintah sang maha kuasa guna mengharuskan mudahnya kebaikan itu datang baginya, sebelum dia ikhlas berupaya.
Jiwa yang ikhlas akan menghentikan rengekan atas permintaan jaminan penghargaan oleh para makhluk ataupun dari penciptanya, karena kuatnya keyakinannya bahwa kebaikan adalah jaminan kepastian bagi yang ikhlas.
Jiwa yang ikhlas tidak akan gampang menyalahkan Allah atas kelemahan dan kealpaannya. matanya akan melihat dan kemudian berpikirbahwa ternyata banyak orang lain yang tidak sekuat dia namun akhirnya lebih berhasil dari padanya karena keikhlasannya.

Jiwa- jiwa yang ikhlas menyadari dan mengakui serta menetapkan hati bahwa Allah subahanahu wata'ala adalah maha dalam segalanya. sungguh, ketetapan itu tidak diterimanya kecuali dengan damai.diperkuatnya kesungguhan,maka batinnya akan berkata bahwa Allah yang akan menghebatkan sekecil-kecil kekuatan,untuk merampungkan sebesar-besar tugas dan kepentingan hidupnya.

Lihatlah, jiwa- jiwa yang ikhlas terlihat tampil lebih besar dari ukuran kemanusiannya. Sendirian dia bisa melakukan tugas dari seribu orang. Dia melihat yang tiada mampu dilihat manusia lain, dan dia dapat mendengar atas sesuatu yang tak tersuarakan. dia dapat mempelajari dan mengambil hikmah lebih banyak dari pada para batin manusia lain yang terlalaikan. Kelebihan kesaktian tersebut pasti akan dilebihkan oleh Allah sebagai sebuah harga yang lebih dari pantas. Jiwa yang ikhlas adalah jiwa yang sakti.
Dan sesungguhnya Allah tidak akan pernah mencukupkan satu bahasa cukup untuk menggambarkan keindahan kehidupan bagi jiwa yang ikhlas, karena ikhlas adalah bagai sebuah siklus tanpa akhir yang membahagiakan dan memerdekakan manusia.


(Syahidah/voa-islam.com)

Facebook

 Assalaamu'alaaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Para Netter yang Arif dan sejuk hatinya. Belakangan  ini di antara kita pernah mendengar mengenai fatwa haramnya Facebook, sebuah layanan pertemanan di dunia maya yang hampir serupa dengan Friendster dan layanan pertemanan lainnya. Banyak yang bingung dalam menyikapi fatwa semacam ini. Namun, bagi orang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah tentu tidak akan bingung dalam menyikapi fatwa tersebut.


Dalam tulisan yang singkat ini, dengan izin dan pertolongan Allah  "Pengelola Halaman Cahaya Rasulullah SAW" (di facebook) tengah membahas tema yang cukup menarik ini, yang sempat membuat sebagian orang kaget. Tetapi sebelumnya, ada beberapa preface yang akan di kemukakan.Semoga Allah memudahkannya.


Dua Kaedah yang Mesti Diperhatikan

Para Netter yang Arif dan sejuk hatinya, semoga kalian selalu mendapatkan taufik dan hidayah Allah Ta’ala. Dari hasil penelitian dari Al Qur’an dan As Sunnah, para ulama membuat dua kaedah ushul fiqih berikut ini:

  • Hukum asal untuk perkara ibadah adalah terlarang dan tidaklah disyari’atkan sampai Allah dan Rasul-Nya mensyari’atkan.
  • Sebaliknya, hukum asal untuk perkara ‘aadat (non ibadah) adalah dibolehkan dan tidak diharamkan sampai Allah dan Rasul-Nya melarangnya.
Apa yang dimaksud dua kaedah di atas?

Untuk kaedah pertama yaitu hukum asal setiap perkara ibadah adalah terlarang sampai ada dalil yang mensyariatkannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ibadah adalah sesuatu yang diperintahkan atau dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang memerintahkan atau menganjurkan suatu amalan yang tidak ditunjukkan oleh Al Qur’an dan hadits, maka orang seperti ini berarti telah mengada-ada dalam beragama (baca: berbuat bid’ah). Amalan yang dilakukan oleh orang semacam ini pun tertolak karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,



مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ


Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)


Namun, untuk perkara ‘aadat (non ibadah) seperti makanan, minuman, pakaian, pekerjaan, dan mu’amalat, hukum asalnya adalah diperbolehkan kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya. Dalil untuk kaedah kedua ini adalah firman Allah Ta’ala,



هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً


Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS. Al Baqarah: 29). Maksudnya, adalah Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini untuk dimanfaatkan. Itu berarti diperbolehkan selama tidak dilarangkan oleh syari’at dan tidak mendatangkan bahaya.



Allah Ta’ala juga berfirman,



قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat .” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”(QS. Al A’raaf: 32).



Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingkari siapa saja yang mengharamkan makanan, minuman, pakaian, dan semacamnya.Jadi, jika ada yang menanyakan mengenai hukum makanan “tahu”? Apa hukumnya? Maka jawabannya adalah “tahu” itu halal dan diperbolehkan.


Begitu pula jika ada yang menanyakan mengenai jual beli laptop? Apa hukumnya? Jawabannya adalah halal dan diperbolehkan.

Jadi, untuk perkara non ibadah seperti tadi, hukum asalnya adalah halal dan diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Makan bangkai menjadi haram, karena dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.


Begitu pula pakaian sutra bagi laki-laki diharamkan karena ada dalil yang menunjukkan demikian. Namun asalnya untuk perkara non ibadah adalah halal dan diperbolehkan.


Oleh karena itu, jika ada yang menanyakan pada kami bagaimana hukum Facebook? Maka kami jawab bahwa hukum asal Facebook adalah sebagaimana handphone, email, website, blog, radio dan alat-alat teknologi lainnya yaitu sama-sama mubah dan diperbolehkan.


Hukum Sarana sama dengan Hukum Tujuan

Perkara mubah (yang dibolehkan) itu ada dua macam. Ada perkara mubah yang dibolehkan dilihat dari dzatnya dan ada pula perkara mubah yang menjadi wasilah (perantara) kepada sesuatu yang diperintahkan atau sesuatu yang dilarang.


Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- mengatakan,


“Perkara mubah dibolehkan dan diizinkan oleh syari’at untuk dilakukan. Namun, perkara mubah itu dapat pula mengantarkan kepada hal-hal yang baik maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang diperintahkan. Perkara mubah terkadang pula mengantarkan pada hal yang jelek, maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang dilarang.

  • Inilah landasan yang harus diketahui setiap muslim bahwa hukum sarana sama dengan hukum tujuan (al wasa-il laha hukmul maqhosid).
Maksud perkataan beliau di atas:

Apabila perkara mubah tersebut mengantarkan pada kebaikan, maka perkara mubah tersebut diperintahkan, baik dengan perintah yang wajib atau pun yang sunnah. Orang yang melakukan mubah seperti ini akan diberi ganjaran sesuai dengan niatnya.


Misalnya : Tidur adalah suatu hal yang mubah. Namun, jika tidur itu bisa membantu dalam melakukan ketaatan pada Allah atau bisa membantu dalam mencari rizki, maka tidur tersebut menjadi mustahab (dianjurkan/disunnahkan) dan akan diberi ganjaran jika diniatkan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah.


Begitu pula jika perkara mubah dapat mengantarkan pada sesuatu yang dilarang, maka hukumnya pun menjadi terlarang, baik dengan larangan haram maupun makruh.


Misalnya : Terlarang menjual barang yang sebenarnya mubah namun nantinya akan digunakan untuk maksiat. Seperti menjual anggur untuk dijadikan khomr.


Contoh lainnya adalah makan dan minum dari yang thoyib dan mubah, namun secara berlebihan sampai merusak sistem pencernaan, maka ini sebaiknya ditinggalkan (makruh).


Bersenda gurau atau guyon juga asalnya adalah mubah.  Sebagian ulama mengatakan, “Canda itu bagaikan garam untuk makanan. Jika terlalu banyak tidak enak, terlalu sedikit juga tidak enak.” Jadi, jika guyon tersebut sampai melalaikan dari perkara yang wajib seperti shalat atau mengganggu orang lain, maka guyon seperti ini menjadi terlarang.


Oleh karena itu, jika sudah ditetapkan hukum pada tujuan, maka sarana (perantara) menuju tujuan tadi akan memiliki hukum yang sama. Perantara pada sesuatu yang diperintahkan, maka perantara tersebut diperintahkan. Begitu pula perantara pada sesuatu yang dilarang, maka perantara tersebut dilarang pula.


Misalnya tujuan tersebut wajib, maka sarana yang mengantarkan kepada yang wajib ini ikut menjadi wajib.

Contohnya : Menunaikan shalat lima waktu adalah sebagai tujuan. Dan berjalan ke tempat shalat (masjid) adalah wasilah (perantara). Maka karena tujuan tadi wajib, maka wasilah di sini juga ikut menjadi wajib. Ini berlaku untuk perkara sunnah dan seterusnya.


Intinya, Hukum Facebook adalah Tergantung Pemanfaatannya

Jadi intinya, hukum facebook adalah tergantung pemanfaatannya. Kalau pemanfaatannya adalah untuk perkara yang sia-sia dan tidak bermanfaat, maka facebook pun bernilai sia-sia dan hanya membuang-buang waktu. Begitu pula jika facebook digunakan untuk perkara yang haram, maka hukumnya pun menjadi haram. Hal ini semua termasuk dalam kaedah “al wasa-il laha hukmul maqhosid (hukum sarana sama dengan hukum tujuan).” Di bawah kaedah ini terdapat kaedah derivat atau turunan lainnya yaitu:

  1. Maa laa yatimmul wajibu illah bihi fa huwa wajib (Suatu yang wajib yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi wajib)
  2. Maa laa yatimmul masnun illah bihi fa huwa masnun (Suatu yang sunnah yang tidak sempurna kecuali dengan sarana ini, maka sarana ini menjadi sunnah)
  3. Maa yatawaqqoful haromu ‘alaihi fa huwa haromun (Suatu yang bisa menyebabkan terjerumus pada yang haram, maka sarana menuju yang haram tersebut menjadi haram)
  4. Wasail makruh makruhatun (Perantara kepada perkara yang makruh juga dinilah makruh)
Maka lihatlah kaedah derivat yang ketiga di atas. Intinya, jika facebook digunakan untuk yang haram dan sia-sia, maka facebook menjadi haram dan terlarang.

Kita dapat melihat bahwa tidak sedikit di antara pengguna facebook yang melakukan hubungan gelap di luar nikah di dunia maya. Padahal lawan jenis yang diajak berhubungan bukanlah mahram dan bukan istri. Sungguh, banyak terjadi perselingkuhan karena kasus semacam ini. Jika memang facebook banyak digunakan untuk tujuan-tujuan semacam ini, maka sungguh kami katakan, Hukum facebook sebagaimana hukum pemanfaatannya. Kalau dimanfaatkan untuk yang haram, maka facebook pun menjadi haram.”




Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook

Para Netter, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!


Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.


Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”


Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)


Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”


Ingatlah … kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu.


Ibnul Qayyim mengatakan, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)


Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah


Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.


Oleh karena itu, jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama, yang tentu saja dengan bekal ini akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)



Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ


Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,



لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ


“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)



Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 1o bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.



Penutup: Nasehat bagi Para Pengguna Facebook


Imam Asy Syafi’I mengatakan, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.Al Jawabul Kafi, 109)


Semoga kita selalu disibukkan dengan hal yang dapat memberikan manfaat pada orang lain. Alangkah bagusnya jika status, note dan link yang kita berikan pada saudara-saudara kita berisi siraman-siraman rohani. Itu lebih baik dan lebih bermanfaat dibandinga dengan mengisi status di FB dengan hal-hal yang sia-sia atau bahkan dosa.


Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.


Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.




Rujukan:


Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Al Qowa’id wal Ushul Al Jaami’ah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Darul Wathon Lin Nasyr

Jam’ul Mahshul fi Syarhi Risalah Ibni Sya’di fil Ushul, Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, Dar Al Muslim

Risalah Lathifah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di

***

Akhiru Salam
Wasalaamu'alaaikum Wr. Wb.


Sumber : Cahaya Rasulullah SAW (facebook)

Sebaik-baiknya manusia

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sungguh beruntung bagi siapapun yg dikaruniai Allah kepekaan utk mengamalkan aneka pernik peluang kebaikan yg diperlihatkan Allah kepadanya. Beruntung pula orang yg dititipi Allah aneka potensi kelebihan oleh-Nya dan dikaruniakan pula kesanggupan memanfaatkan utk sebanyak-banyak umat manusia.
Karena ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauhmana diri punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda
“Sebaik-baik manusia diantaramu adl yg paling banyak manfaat bagi orang lain”
{H.R. Bukhari}.

Seakan hadis ini mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauhmana derajat kemuliaan akhlak kita maka ukurlah sejauhmana nilai manfaat diri ini?
Kalau menurut Emha Ainun Nadjib harus tanyakan pada diri ini apakah kita ini manusia wajib sunat mubah makhruh atau malah manusia haram?
Apa itu manusia wajib?

Manusia wajib ditandai jikalau ada sangat dirindukan sangat bermanfaat bahkan perilaku membuat hati orang disekitar tercuri. Tanda-tanda yg nampak dari seorang ‘manusia wajib’ diantara dia seorang pemalu yg jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku keseharian lbh banyak kebaikannya. Ucapan senantiasa terpelihara ia hemat betul kata-kata sehingga lbh banyak berbuat daripada hanya berbicara.
Sedikit kesalahan tak suka mencampuri yg bukan urusan dan sangat ni’mat kalau ia berbuat kebaikan. Hari-hari tak lepas dari menjaga silaturahmi sikap penuh wibawa penyabar selalu berterima kasih penyantun lemah lembut bisa menahan dan mengendalikan diri serta penuh kasihsayang.
Sama sekali bukan kebiasaan bagi yg akhlak baik perilaku melaknat memaki-maki memfitnah menggunjing bersikap tergesa-gesa dengki bakhil ataupun menghasut. Justru ia selalu berwajah cerah ramah tamah mencintai krn Allah membenci krn Allah dan marah pun krn Allah SWT subhanallah demikian indah hidupnya.
Karena siapapun di dekat pastilah akan tercuri hatinya. Kata-kata akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahan pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yg sedang membara.
Jikalau saja orang berakhlak mulia ini tak ada maka siapapun akan merasa kehilangan akan terasa ada sesuatu yg kosong di rongga kalbu ini. Orang yg wajib ada pasti penuh manfaat dan kalau tak ada siapapun akan merasa kehilangan. Begitulah kurang lbh perwujudan akhlak yg baik dan ternyata ia hanya akan lahir dari semburat kepribadian yg baik pula.

Kalau orang yg sunah keberadaan bermanfaat tapi kalaupun tak ada tak tercuri hati kita. Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena kedalaman dan ketulusan amal belum dari lubuk hati yg paling dalam. Karena hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti hal kalau kita berjumpa dengan orang yg berhati tulus perilaku benar-benar akan meresap masuk ke rongga kalbu siapapun.

Sedangkan orang yang mubah ada dan tak ada tak berpengaruh. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang pemuda yg ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan dan kalau tak adapun tetap berantakan. Inilah pemuda yg mubah. Ada dan tiada tak membawa manfaat dan tak juga membawa mudharat.

Adapun orang yg makruh keberadaan justru membawa mudharat dan kalau dia tak ada tak berpengaruh. Arti kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tak senang. Misal ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang tetapi seketika klakson dibunyikan tanda bahwa ayah sudah datang anak-anak malah lari ke tetangga ibu cemas dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yg keberadaan menimbulkan masalah. Seorang anak yg makruh kalau pulang sekolah justru masalah pada bermunculan dan kalau tak pulang suasana malah menjadi aman tentram. Ibu yg makruh diharapkan anak-anak utk segera pergi arisan daripada ada di rumah. Sedangkan karyawan yang makruh kehadiran di tempat kerja hanya melakukan hal yg sia-sia daripada bersungguh-sungguh menunaikan tugas kerja.

Lain lagi dgn orang bertipe haram keberadaan malah dianggap menjadi musibah sedangkan ketiadaan justru disyukuri. Jikasaja dia pergi ngantor justru perlengkapan kantor pada hilang maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yg ada malah mensyukurinya. Masya Allah tak ada salah kita merenung sejenak tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yang menguntungkan orang tua atau malah hanya jadi benalu saja?
Masyarakat merasa mendapat manfaat tak dgn kehadiran kita? Ada kita di masyarakat sebagai manusia apa wajib sunah mubah makhruh atau haram? Kenapa tiap kita masuk ruangan teman-teman malah pada menjauhi apakah krn perilaku sombong kita?
Kepada ibu-ibu hendak tanyakan pada diri masing-masing apakah anak-anak kita sudah merasa bangga punya ibu seperti kita? Pu manfaat tak kita ini? Bagi ayah cobalah mengukur diri saya ini seorang ayah atau seorang gladiator? Saya ini seorang pejabat atau seorang penjahat? Kepada para mubaligh harus berta nih benarkah kita menyampaikan kebenaran atau hanya mencari penghargaan dan popularitas saja?
Nampak saat bercermin seyogya tak hanya memperhatikan wajah saja tapi pandanglah akhlak dan perbuatan yg telah kita lakukan. Sayang jarang orang berani jujur dgn tak membohongi diri sering malah merasa pinter padahal bodoh merasa kaya padahal miskin merasa terhormat padahal hina. Padahal utk berakhlak baik kepada manusia awal dgn berlaku jujur kepada diri sendiri.
Kalaupun mendapati orang tua kita berakhlak buruk. Sadarilah bahwa darah daging melekat pada diri kita karena kita harus berada di barisan paling depan utk membela demi keselamatan dunia dan akhiratnya. Bagi orang tua yg belum Islam kewajiban seorang anaklah yg bertanggung jawab mengikhtiarkan jalan hidayah. Apabila orang tua berlumur dosa dan belum mau melakukan shalat maka seorang anaklah yg berada pada barisan pertama membantu orang tua kita menjadi seorang ahli ibadah dan ahli taubat. Ingatlah walau bagaimanapun kita punya hutang budi pada orang tua kita. Keburukan yg ada pada mereka jangan menjadikan kebencian jangan pula menyalahkan dan menyesali diri “kenapa saya lahir dari orang tua yg sudah cerai?” misalnya.
Atau adapula anak yg sibuk menyalahkan diri krn tak pernah tahu keberadaan orang tuanya. Sama sekali tak akan menyelesaikan masalah jika hanya menyalahkan keadaan. Lebih baik kita tanyakan pada diri ini apakah sudah punya manfaat tak kita ini?
Makin banyak manfaat yg kita lakukan dgn ikhlas insya Allah itulah rizki kita.
Begitu pula terhadap lingkungan kita harus punya akhlak tersendiri. Seperti pada binatang kalau tak perlu tak usah kita menyakitinya. Ada riwayat seorang ibu ahli ibadah tapi Allah malah mencap sebagai ahli neraka. Mengapa?
Ternyata krn si ibu ahli ibadah ini pernah mengurung kucing dalam sebuah tempat sehingga si kucing tak mendapatkan jalan keluar utk mencari makan padahal oleh si ibu tak pula diberi makan sampai akhir kucing itu mati. Karena walau si ibu ini ahli ibadah tapi Allah melaknat krn akhlak pada makhluk jelek.

Kadang aneh kita ini ketika duduk di taman nan hijau entah sadar atau tak kita cabuti rumput atau daun-daunan yg ada tanpa alasan yg jelas. Padahal rumput daun dan tumbuh-tumbuhan yg ada di alam semesta ini semua sedang bertasbih kepada-Nya. Yang paling baik adl jangan sampai ada makhluk apapun di lingkungan kita yg tersakiti. Termasuk ketika menyiram atau memetik bunga tanaman atau tumbuhan lain hendaklah dgn hati-hati krn tanaman juga mengerti apa yg dilakukan kita kepadanya. Dikisahkan ketika Nabi SAW pindah mimbar yg asal menyandar pada sebuah pohon kurma maka pohon kurma itu diriwayatkan sangat sedih dan menangis krn ia telah ditinggalkan sebagai alat bantu Rasulullah SAW dalam menyampaikan ilmu kepada para sahabatnya.
Kejadian lain adalah ketika seorang hamba yg shalih dihampiri seekor singa yg mengaum-ngaum seakan hendak menerkamnya. Tentu saja semua orang yg melihat kejadian ini berlari ketakutan. Aneh hamba yg shalih ini sama sekali tak kelihatan merasa takut kenapa? Karena dia yakin bahwa singa juga makhluk dalam genggaman Allah dan sama-sama sedang bertasbih kepada-Nya. Seraya mengajak berbicara layak pada makhluk yg bisa diajak bicara
“Mau apa kesini? Kalau tak ada kewajiban dari Allah dan hanya utk mengganggu masyarakat alangkah baik engkau pergi” maka pergilah singa itu subhanallah.
Demikianlah orang yang takut hanya kepada Allah makhluk pun tunduk kepadanya.
Seperti hal ketika ada ular di halaman rumah maka bagi orang yg akhlak baik dan dia merasa tak terganggu sama sekali dia tak akan membunuh malah ditolong si ular ini utk bisa kembali ke habitat itu yg lbh baik. Kalaupun dirasa mengganggu sehingga tak ada jalan lain kecuali harus dibunuh maka ia akan membunuh dgn cara terbaik dan tak lupa disebut asma Allah. Jadilah proses membunuh ular ini sebagai ladang amal.

Betapa indah pribadi yg penuh pancaran manfaat ia bagai cahaya matahari yg menyinari kegelapan menjadikan tumbuh benih-benih bermekaran tunas-tunas merekah bunga-bunga di taman hingga menggerakkan berputar roda kehidupan. Demikianlah cahaya pribadi kita hendak mampu menyemangati siapapun bukan hanya diri kita tetapi juga orang lain dalam berbuat kebaikan dgn full limpahan energi karunia Allah Azza wa Jalla Zat yg Maha Melimpah energi-Nya subhanallah.
Ingatlah hidup hanya sekali dan sebentar saja sudah sepantas kita senantiasa memaksimalkan nilai manfaat diri ini yakni menjadi seperti yg disabdakan Nabi SAW sebagai khairunnas. Sebaik-baik manusia! Insya Allah. **


Akhiru Salam
Wasalaamu'alaaikum Wr. Wb.

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

Yanuka

Semesta Rindu



Senja mengangkang
Desau angin mengusik hati
Desir dedaunan berbisik sunyi
Dingin, hampa, jiwa terpagut rindu

Aku terdampar disni
Membenam dalam resah tiada tepi
Larut dalam galau
Menatap rimba dengan sejuta tanya
Rasa takut yang tak jua surut
Rasa cemas yang tak jua lenyap
Mengetuk asa, jiwa terpagut rindu

Sebentar lagi malam
Langit kan gelap, lalu pekat
Setumpuk kisah yang kekal kan hadir dikedalaman mimpi
Seperti wajah-wajah yang kujumpai siang tadi
Atau seperti jejaku yang membatu di sepanjang jalan antara Cimalaka dan Tanjung Kerta
Yang kelak akan kupaparkan menjadi prosa dua nyawa
Antara aku dan kesenyapan

Jiwaku terpagut rindu
Rindu yang tak kutahu untuk apa dan siapa
Hanya lolongan dalam batin yang diam-diam mencaci malam
Hanya wajah demi wajah yang melambar dalam ingatan
Sesaat membias, lalu lenyap bersama cahaya senja yang kian sirna

Mengapa hati terasa letih
Kala memandang gunung-gunung yang menjulang begitu tinggi
Kala menatap jalan yang berliku begitu rumit
Kala ribuan tangan menjulur meminta hati
Kala ribuan mimpi melambai di langit tinggi

Astaghfirullah...
Hatiku hampa, jiwa terpagut rindu

Duhai Dzat Semesta Rindu...
Jikalau diri yang rapuh ini t'lah tersesat di ruang waktu tiada berkah
Maka bimbinglah setiap langkah kakiku yang terayun, menuju tempat yang lebih terang oleh cahaya rahmat-MU

Jikalau diri yang lelap ini t'lah terbuai oleh rindu yang tiada manpaat
Maka tuntunlah setiap gerak hatiku yang mengalun.
Biarkanlah hati ini melantunkan Asma-Asma-MU Yang Maha Besar.
Mendamba-MU
Memuji-MU
Merindukan-MU...
Duhai Dzat Semesta Rindu...


Yanuka
Cimalaka,09012011,17.30wib

(Catatan disuatu senja yang hampa, kala jiwa terpagut rindu)

Talk About The Future














..................
Masa depan adalah lautan mimpi dan harapan semua insan, yang kerapkali menjadi ilusi yang indah dan juga menakutkan.
Begitulah adanya.. Kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik tikungan.
Apa, bagaimana, dan seperti apa, adalah misteri yang kan tersingkap seiring waktu bergulir, mengikuti garis pena yang t'lah mengering, yang tidak bisa kita cegah dan kita bantah. Karna smua t'lah tercatat, mengikuti skenario Sang Khaliq "Sutradara Agung Yang Maha Luhur"


Diam tak beranjak karna takut terjebak, berarti kalah sebelum melangkah.
Sebab waktu takan pernah menunggu.
Selalu bergulir dan akan terus bergulir.

Butuh keberanian untuk berspekulasi cepat menentukan arah langkah.
Butuh keuletan dalam bertindak, untuk menyikapi aneka problem yang kian meningkat.
Butuh kesiapan untuk menerima semua kemungkinan yang diluar keinginan.
Butuh iman untuk tetap tersadar dan yakin, kalau kita hanyalah makhluk yang memiliki banyak keterbatasan, untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita.

Ada Dia..
Dzat Yang Maha Perkasa, yang berkuasa mengatur setiap sendi kehidupan.
Ada Dia..
Dzat Yang Maha Hebat, yang menggenggam dan merahasian semua jawaban di balik tabir-tabir.
Ada Dia..
Dzat Yang Maha Cinta, yang selalu setia menjaga dan menaungi jiwa, kala terlelap dan terjaga.

Ada Dia..
Allah Azza wa Jalla
Penguasa Alam Semesta.

Subhanallahi wal hamdulillahi wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illaa billahil 'aliyyil 'azhiim.


to be continue........

Ikhlas (Aa Gym)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. Karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

          Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

           Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.

        Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.




Akhiru Salam
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Rapuh (Opick)


RAPUH

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepadaMu
yang terindah dalam hidup

meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu


Song by Opick


Kumpulan Syair



Daftar :

Sabtu, 06 Agustus 2011

Mutiara Tujuh Kata (Ibnu Hajar Al-'Asqalani)





Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, bersabda:
Tujuh golongan akan dinaungi di bawah panji-panji Ilahi, saat tak ada lagi naungan di akhirat nanti.
Pertama, para pemimpin yang bijaksana.
Kedua, para pemuda yang giat berdema.
Ketiga, orang yang mengalir deras air matanya saat berdzikir akan Tuhannya.
Keempat, para penghuni Mesjid yang bertakwa.
Kelima, para dermawan yang merahasiakan dermanya.
Keenam, sepasang sahabat yang selalu setia bertemu dan berpisah hanya karena agama.
Ketujuh, para pemuda yang kuat imannya untuk menolak rayuan perempuan jelita.




Abu Bakar r.a. berkata:
Orang bakhil takan mampu menghindar dari tujuh perkara yang selalu mengincar.
Yang pertama, ia akan mati, hartanya diwarisi oleh sanak famili, dan tidak didermakan di jalan Ilahi.
Yang kedua, ia akan dikuasai oleh para penguasa yang tinggi hati, untuk menguasai hartanya setelah ia disakiti.
Yang ketiga, ia akan merana karena menuruti hawa nafsunya, hingga hartanya habis tak tersisa.
Yang kempat, ia ingin membangun istana di atas hamparan rumput savana, yang sedianya longsor menelan hartanya.
Yang kelima, datang musibah menimpanya, semisal banjir, kebakaran, pencurian, yang akan menghanguskan hartanya.
Yang keenam, datang penyakit menyerangnya, dan demi kesembuhannya hartanya habis untuk biaya.
Yang ketujuh, dengan berniat mngamankan harta, ia simpan hartanya dimana-mana, dan setelah itu ia lupa temptnya.






Ummar bin Khaththab r.a. berkata:
Apabila orang banyak tertawa
Maka berkuranglah kewibawaannya
Apabila memandang rendah sesama
Maka ia pun akan dipandang rendah pula
Apabila banyak melakukan suatu perkara
Maka ia akan dikenal bersama dengan hal yang dilakukannya
Apabila orang banyak bicara
Maka akan banyak pula kesalahannya Apabila orang berbuat nista
Maka akan sedikit rasa malunya
Apabila orang sedikit rasa malunya
Maka akan sedikit pula hati-hatinya
Apabila orang sedikit hati-hatinya
Maka matilah hati nuraninya







Utsman bin Affan r.a. berkata:
Sungguh aku heran atas manusia yang mengerti kematian
Sedangkan ia tetap tertawa
Mengerti dunia sebagai sebuah kefanaan
Sedangkan ia tetap menggandrunginya
Mengerti segala yang telah digariskan
Namun tetap sedih saat kehilangannya
Mengerti hisab amal akan dilaksanakan
Namun tetap saja ia menumpuk harta
Megerti neraka dengan yakin
Tetapi masih saja berbuat dosa Mengerti surga dengan sepenuh iman
Tetapi masih saja tentram dengan dunia
Dan mengerti setan adalah lawan
Sedang terus saja ia mengikutinya






Ali bin abi Thalib r.a. ditanya:
Adakah yang lebih berat dari langit ?
Adalah kebohongan yang dibuat-buat
Adakah yang lebih luas dari bumi ?
Adalah kebenaran yang Hakiki
Adakah yang lebih kaya dari samudra ?
Adalah sikap menerima apa adanya
Adakah yang lebih keras dari batu ?
Adalah kemunafikan dalam kalbu
Adakah yang lebih panas daripada bara ?
Adalah kezaliman penguasa
Adakah yang lebih dingin dari salju ?
Adalah mengharap si bakhil memberi sesuatu
Dan adakah yang lebih pahit daripada racun ?
Adalah bertahan dalam kesabaran






Raslullah saw bersabda pula:
Tujuh manusia dihitung syuhada
laksana mati di medan laga
ialah orang mati akibat sakit perut
tenggelam di sungai, danau atau pun laut
sakit tumor yang berkelanjutan
mati akibat musibah kebakaran
atau pun mati tertimpa reruntuhan
terserang paceklik dan kelaparan
dan ibu yang wafat saat melahirkan






Ibnu Abbas r.a. berkata:
Keniscayaan orang-orang berakal
Memilih tujuh perkara melebihi tujuh hal
Lebih baik fakir dari pada kaya
Lebih baik dihina daripada dipuja
Lebih baik bersikap rendah hati daripada tinggi hati
Lebih baik kelaparan
daripada kekenyangan
Lebih baik kesusahan
daripada lupa daratan
Lebih baik direndahkan
daripada diagung-agungkan
Dan lebih baik mati berdarma
daripad hidup tiada guna




Sumber: Majalah cahaya Sufi

Adukanlah Keluh Kesahmu Hanya Kepada Al-Rahman!

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah – ...

Copyright @ 2013 Desau rindu.